Detiknews.id Surabaya – Posyandu Prima Jambangan menjadi pilot project posyandu untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Keberhasilan Posyandu Prima di Jambangan juga mendapat perhatian dari Bank Dunia. Hal ini diungkapkan oleh Asisten Deputi Sekretariat Wakil Presiden, Abdul Muiz pada kunjungan World Bank ke Kota Surabaya, Kamis (16/01).
“Kami bersama Kementerian Menpan RB, Bapemas, Kementerian Kesehatan, BKKBN dan perwakilan dari World Bank ke Kecamatan Jambangan ini untuk posyandu prima yang sudah berjalan dengan baik di Kecamatan Jambangan ini,” ujar Abdul Muiz.
Abdul Muiz menjelaskan Posyandu Prima adalah wadah pemberdayaan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan secara terintegrasi di desa. Dimana saat ini Posyandu Prima di Jambangan melakukan layanan konvergensi stunting yang sangat baik yang sudah dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya khususnya di kecamatan jambangan.
“Layanan seperti ini lah yang kita harapkan juga bisa diterapkan di daerah-daerah lain. Mengapa? Karena disini terlihat peran dari pimpinan wilayah, khususnya camat, lurah dalam menggerakkan semua kapasitas di kelembagaannya, di kemasyarakatan untuk bergerak bersama secara integratif untuk percepatan penurunan stunting di wilayahnya baik berupa intervensi spesifik atau intervensi sensitif,” ucapnya.
Muiz menjelaskan intervensi spesifik adalah intervensi yang menyasar langsung pada sasaran prioritas. Sedangkan sasaran prioritas adalah remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Sedangkan intervensi sensitif yang diluar itu dengan kaitannya dengan pendidikan anak usia dini, penambahan fasilitas kesehatan dan lainnya.
“Posyandu Prima di Jambangan ini merupakan posyandu satu-satunya di Indonesia dan menjadi pilot project untuk bisa dikembangkan di daerah lainnya,” urainya.
Saat ini, tambah Muiz, sedang dikembangkan oleh kementerian kesehatan karena komitmennya ada di perencanaan, anggaran, pelaksanaan dan kemudian dikawal dengan sistem pemerintahan berbasis elektronik yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah. Ini sudah ditetapkan di posyandu Prima di Kecamatan Jambangan.
“Ini yang luar biasa dan datanya bisa kita gunakan untuk melakukan intervensi. Jadi tujuan kami ke sini untuk melihat bagaimana hasil pelaksanaan posyandu Prima sebagai intervensi penurunan stunting yang bisa kita contohkan kepada daerah lain. Untuk posyandu Prima ini baru yang pertama di Indonesia dan Bank Dunia sangat menghargai upaya kita dan kemudian akan mensuport dan mengawalnya. Ini salah satu intervensi kita untuk mempercepat dan semua kebijakan kita berdasarkan data dan data itu dimulai dari bawah dari para kader kita,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Ketua Tim Kerja Pembinaan TPPS, TPK, dan Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting BKKBN RI, Farida Ekasari, S.I.P., M.K.M menjelaskan konvergensi kolaborasi antar kementerian untuk mendukung program pemerintah dalam hal percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
“Peran BKKBN tentunya lebih banyak di lini lapangan. Bagaimana mengkolaborasikan TPK dengan sistem kesehatan, sistem pemerintahan yang ada,” ungkapnya.
Farida menjelaskan menurut data Status Gizi SSGI 2022, angka stunting di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 30.8 persen , turun menjadi 27.7 persen di tahun 2019.
“Untuk Tahun 2021, stunting di Indonesia sebesar 24.4 persen dan turun sebesar 2.8 persen di tahun 2022 menjadi 21.6 persen,” imbuhnya.
Sementara itu, Camat Jambangan, A. Yardo menjelaskan adanya Posyandu Prima di Kecamatan Jambangan ini sangat memotivasi seluruh aparatur pemerintah kecamatan jambangan dan masyarakat terlibat aktif dalam program penurunan stunting di Kecamatan Jambangan. Jumlah kasus stunting di Kecamatan Jambangan pada tahun 2022 sebanyak 23 kasus dan di tahun 2023 ini tinggal 10 kasus.
“Kami sangat termotivasi karena kami terpilih sebagai pilot project posyandu Prima yang nantinya bisa dikembangkan di seluruh daerah di Indonesia,” papar Yardo.
Harapan seluruh warga Jambangan, ungkap Yardo bahwa Kecamatan Jambangan tidak akan berpuas diri setelah mendapatkan predikat posyandu terbaik, tetapi pihaknya akan terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Apreasiasi dari pusat merupakan sebuah proses dan tahapan yang harus dilalui. Yang terpenting adalah bagaimana kita terus bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dengan konteks layanan hari ini adalah percepatan penurunan angka stunting, mudah-mudahan angka stunting di Surabaya bergerak turun dan bisa zero stunting,” tutupnya. (D1)
Komentar