Detiknews.id Surabaya – Ardi Pratama warga Jalan Manukan Lor Surabaya mengakui kesalahan didepan Hakim, akibat Salah Transfer senilai Rp. 51 Juta. Kesalahan transfer ini melalui Bank BCA. Saat pemeriksaan saksi dalam perkara penggunaan uang tanpa konfirmasi. Pemeriksaan terdakwa di ruang Candra Pengadilan Negeri Surabaya, di Jalan Raya Arjuna Surabaya.
Pasca, Pemeriksaan kedua saksi Bani Andri Rustanto dan Halimah Ibundanya, Ardi menyatakan benar keterangan saksi. Namun, ketika Hakim anggota Yohanes Hehamoni bertanya tampak jawaban ardi dianggap berbelit belit yang pada akhirnya terdakwa mengaku bersalah.
Setelah sempat berbelit-belit selama persidangan, terdakwa kasus penerima dana salah transfer dari Bank Central Asia (BCA) Citraland Surabaya sebesar Rp 51 juta, Ardi Pratama akhirnya mengaku bersalah.
Terdakwa akhirnya mengku bersalah, setelah hakim anggota meminta Jaksa Penuntut Umum (JPU) I Gede Willy Pramana untuk menunjukan bukti aliran dana salah transfer didepan majelis, yang masuk dalam rekening terdakwa habis dalam satu hari. Serta digunakan untuk membayar utang dan membiayai kebutuhan hidupnya.
Permintaan hakim Johanes Hehamony ini didasarkan adanya kontradiksi keterangan dua saksi yang dihadirkan dalam persidangan. Yakni Bani Andri Rustanto, rekan bisnis terdakwa dalam jual beli mobil mewah dan Halimah selaku ibu kandung terdakwa.
Dalam keterangan sebelumnya, saksi Bani Andri Rustanto menjelaskan telah beberapa kali melalukan kerjasama jual beli mobil mewah dengan terdakwa dan sistem pembagian hasilnya tidak pernah ditransfer melainkan tunai.
Pada akhir transaksi, saksi pernah memberikan komisi sebesar Rp 5 juta atas penjualan mobil merk Toyota Alphard di bulan Maret 2020. Dari sinilah baru diketahui jika terdakwa sudah tidak pernah lagi menerima komisi dari pihak manapun, namun terdakwa tetap bersikukuh jika uang salah transfer itu merupakan uang komisi dari penjualan mobil.
“Terdakwa, Apakah saudara tetap merasa ini uang komisi ya. Saudara boleh mempertahankan pendapat saudara, tapi unsur pidana ini adalah soal tempus delicty, Uang dalam rekening habis dalam sehari,” ujar Dr. Johanes Hehamoni selaku hakim anggota.
Lebih lanjut, Saat soal tempus delicty disampaikan, Ardi Pratama pun mengaku bersalah dan meminta maaf. Ia pun masih sanggup untuk membayar dana salah transfer itu dengan cara mengangsur.
“Iya saya memang bersalah pak hakim,” ucap terdakwa pada persidangan akhir.
Terpisah, Ketika selesai persidangan, JPU Willy Pramana menjelaskan, jika pengakuan bersalah terdakwa Ardi Pratama, saat didengarkan keterangan semakin menguatkan surat dakwaannya terkait unsur Pasal 85 UU No 3/2011 tentang transfer dana telah terbukti.
“Dalam teorinya disebut delik pro parte dolus pro parte colpus. Tidak perlu terdakwa mengetahui secara keseluruhan, cukup terdakwa dapat menduga uang itu bukan merupakan hak dari terdakwa maka unsur tersebut telah terpenuhi, terlebih lagi jika terdakwa mengetahui dan menghendaki, maka terpenuhi opzet tindak pidananya,” ujar Willy jaksa dari Kejari Tanjung Perak.
Sementara dari kuasa hukum Ardi, yaitu R Hendrik Kurniawan menyampaikan salah satu point kasus jika meyakini kliennya tidak bersalah.
“Dimana salahnya, apakah orang yang mengambil uang dari rekeningnya sendiri dapat disalahkan,” tegas pengacara terdakwa.
Untuk diketahui, persidangan kasus salah transfer ini akan kembali dilanjutkan pada Kamis (18/3) dengan agenda pembacaan surat tuntutan dari jaksa I Gede Willy Pramana.
Kasus ini bermula saat terdakwa Adi Pratama mendapatkan transfer masuk uang sebesar Rp 51 juta ke rekeningnya pada Maret 2020. Ardi menyangka uang itu adalah hasil komisinya sebagai makelar mobil mewah.
Dalam 10 hari berselang, rumah Ardi di Manukan, Surabaya didatangi oleh dua orang pegawai BCA Catur Ida dan Nur Chuzaimah. Mereka mengatakan bahwa uang senilai Rp 51 juta itu telah salah transfer dan masuk ke rekening Ardi, Yang seharusnya akan ditransfer ke rekening atas nama Philip.
Sayangnya uang itu terlanjur terpakai oleh Ardi. Selanjutnya, Nur Chuzaimah selaku pegawai BCA melaporkan Ardi Pratama pada Agustus 2020 ke Polrestabes Surabaya. (M9)
Komentar