Detiknews.id Jakarta – Sejarah Indonesia selalu ditandai oleh lahirnya pemimpin-pemimpin berani, yang melangkah melampaui zamannya. Bukan sekadar membangun gedung dan infrastruktur. Tetapi membangun martabat, kepercayaan dan harga diri bangsa.
Dari Soekarno, diteruskan Jokowi, dan kini disempurnakan oleh Prabowo–Gibran. Ketiganya, membentuk benang merah yang tak pernah putus: keberanian membangun peradaban bangsa.
1. Soekarno: Membangun Kebanggaan di Tengah Kekurangan
Di masa awal kemerdekaan, ketika keuangan negara serba terbatas dan situasi politik penuh gejolak. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, memilih untuk bermimpi besar. Ia memutuskan membangun dua monumen kebanggaan nasional: Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Istiqlal.
Monas, dengan api abadi di puncaknya melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia. Simbol kejayaan dan keabadian tekad bangsa Indonesia.
Masjid Istiqlal, menjadi lambang kemerdekaan spiritual bangsa. Sebagai rumah ibadah, bahwa Indonesia merdeka bukan hanya secara politik, tetapi juga berdaulat secara rohani.
Soekarno sadar, bangsa yang baru merdeka memerlukan simbol kebesaran. Bukan untuk kesombongan, tetapi menumbuhkan rasa percaya diri nasional. Ia mengajarkan bahwa pembangunan besar tidak dimulai dari uang, melainkan dari keyakinan dan keberanian.
Dan menariknya, Monas baru diresmikan tahun 1975, satu dekade setelah Soekarno tak lagi berkuasa. Itu bukti bahwa Bung Karno membangun bukan untuk dirinya, tapi untuk generasi penerus. Bangsa yang besar harus punya simbol kebanggaan dan pusat keagungan moral.
Itulah karakter building pertama bangsa Indonesia: berani bermimpi di tengah kesulitan.
2. Jokowi: Melanjutkan Keberanian di Era Modern
Tujuh dekade kemudian, semangat itu hidup kembali dalam diri Ir. Joko Widodo, Presiden ke-7 Republik Indonesia. Diantarkan oleh PDIP, Partai yang dipimpin oleh putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri. Melanjutkan pembangunan dengan keberanian di era modern.
Dengan gaya kepemimpinan yang sederhana dan dekat dengan rakyat, Jokowi menghadapi masa sulit: pandemi global, guncangan ekonomi dunia, dan dinamika politik nasional. Namun, ia tetap melangkah dengan visi besar dan keberanian yang sama.
Dua proyek monumental menjadi penanda keberanian era Jokowi:
Ibu Kota Nusantara (IKN) – mewujudkan pemerataan pembangunan Indonesia-sentris dan menghidupkan kembali gagasan besar Soekarno tentang pusat peradaban baru bangsa.
Kereta Cepat Whoosh – kereta cepat pertama di Asia Tenggara, simbol kemajuan teknologi dan keberanian Indonesia sejajar dengan bangsa maju.
Jika Soekarno membangun simbol kebanggaan nasional, maka Jokowi membangun simbol kemajuan nasional. Keduanya sama-sama menanamkan nilai bahwa bangsa besar tidak boleh takut bermimpi besar. Lahir dari semangat keberanian dan cinta tanah air.
Soekarno berjuang di tengah kekurangan, Jokowi bekerja di tengah kritik dan tekanan, Namun, keduanya melangkah dengan keyakinan demi masa depan Indonesia.
Jokowi seperti Soekarno, memahami satu hal penting : Bangsa yang besar tidak dibangun dengan rasa takut, tapi dari keberanian, untuk bermimpi dan bekerja keras mewujudkannya.
3. Prabowo–Gibran: Menyempurnakan Cita-Cita Kemandirian Bangsa
Kini tongkat estafet kepemimpinan nasional berada di tangan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Keduanya, mewarisi semangat keberanian dua generasi sebelumnya. Melanjutkan visi Jokowi dan menghidupkan kembali cita-cita besar Soekarno, tentang kemandirian bangsa.
Prabowo–Gibran membawa agenda besar:
- Kedaulatan pangan, energi, dan pertahanan,
 - Pembangunan industri dalam negeri,
 - Penguatan karakter dan nasionalisme melalui pendidikan.
 
Benang Merah Tiga Generasi Kepemimpinan
Apa yang dulu dimulai Soekarno dengan Monas dan Istiqlal, dan dilanjutkan Jokowi dengan IKN dan Whoosh.
Kini diteruskan oleh Prabowo–Gibran dalam era penyempurnaan. Era Indonesia bangkit, mandiri, dan berdaulat.
Tiga tokoh ini berasal dari zaman yang berbeda, namun memiliki jiwa patriotisme yang sama: berani bermimpi besar dan bekerja untuk bangsa, bukan untuk diri sendiri.
Semuanya menunjukkan satu garis sejarah: Indonesia tak pernah kekurangan pemimpin berani.
Keberanian yang Membangun Peradaban
Sejarah hanya mencatat dua jenis pemimpin: yang berani dan yang ragu. Yang berani membangun, akan dikenang sepanjang masa. Yang ragu, hilang ditelan zaman.
Bung Karno menyalakan api keberanian, Jokowi menjaga cahaya itu dan menuntun bangsa di era modern, dan kini Prabowo–Gibran membawa nyalanya menerangi masa depan Indonesia yang lebih maju, adil, berdaulat dan bermartabat.
Kesimpulannya, Dari Monas ke IKN, dari Istiqlal ke Whoosh, semuanya bukan sekadar bangunan. Itu adalah simbol keberanian bangsa Indonesia. Untuk terus melangkah maju, dengan kepala tegak dan hati merdeka.
(Ir. HM. Darmizal MS adalah Ketua Umum Relawan Joko Widodo untuk Pemenangan Prabowo–Gibran). (M9)

																						
Komentar