Sidang Kasus SMA SPI Hadirkan 4 Saksi, Ketua Komnas PA : Sudah Disetting

Detiknews.id Surabaya – Sidang Lanjutan Praperadilan Kasus Kekerasan Seksual, dihadiri Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait. Tersangka Julianto Ekoputra (JE) Pengurus Sekolah Menengah Atas (SMA) Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu, Malang. Menghadirkan 4 saksi yaitu Risna Kepala Sekolah SPI, Dila Alumni SMA SPI, Sayidah Alumni SMA SPI dan Sandy Fransisco Ketua Yayasan SMA SPI. Sidang dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Hakim Martin Ginting di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya dengan agenda keterangan saksi dari Pemohon.

Saksi Dila menjelaskan, SMA SPI adalah sekolahan yang menampung anak-anak di Indonesia tanpa membedakan Suku dan Agama. Ini prioritas untuk anak yatim-piatu.

“Awalnya, sebelum adanya masalah ini kami baik-baik saja dan setelah adanya laporan dari Shiren pada bulan Mei 2021 kami merasa difitnah dengan viralnya berita dari media massa. Akhirnya, membuat kami risau dan sedih selain itu orang tua wali murid juga merasa kuatir padahal sebelumnya kita baik-baik saja,” jelasnya.

Ditanya soal peristiwa pencabulan atau perbuatan yang tidak senonoh yang dilakukan JE terhadap SN, padahal dila adalah teman sekamar SN selama sekolah di SPI. Apakah melihat atau mengetahui?

“Saya tidak pernah melihat ataupun mendengar peristiwa tersebut selama sekitar 12 tahun di SPI,” jawab Dila.

Lanjut Dila, awalnya SN beragama Islam saat masuk SPI dan lulus berganti agama Katholik tahun 2011. Saya juga kaget saat di talk show (2021) SN memakai Jilbab.

“Sedangkan, Ko Jo (JE) merupakan idola dari SN. Ko Jo sendiri bukan guru cuma kadang- kandang memberikan materi kepada murid-murid di SPI paling banyak dalam setahun 4-5 kali aja,” terangnya.

Saksi kedua, Sayidah juga alumni SPI dan sahabat SN, berkerja di bagian Keuangan Yayasan SPI. Dikesaksiannya mengatakan, saya sering bertemu Sheren karena saat itu Sheren bekerja di bagian Performance dan untuk Robert sendiri dibagian Multi Media.

“Dulu Robert dan Sheren pernah berpacaran tapi putus nyambung di tahun 2018. Sempat melihat Robert memberi hadiah berupa Boneka Tiger. Terakhir SN izin bulan Januari 2021, Pamit untuk mempersiapkan pernikahan dengan Robert, sekaligus tour the hotel di Madiun. Sheren sendiri mudah Cinta Lokasi (Cinlok), terkait masalah ini tidak ada rumor dan gosip. Malah terdengar adanya hubungan Sheren dengan Robert pernah tidur bareng,” ungkap saksi dihadapan Majelis Hakim.

Lanjut Sayidah, SN tidak suka film Anak Garuda (2019). Kisahnya tidak menonjol, yang menonjol adalah kisah Yohana dan SN tidak suka. Karena dia tidak terpilih menjadi direktur utama PT. Berkat terus berlipat (2018) itu yang menyebabkan dia marah kepada JE,” cerita saksi di Persidangan. Menangapi Keterangan tersebut pihaknya Termohon tidak melakukan haknya di karenakan keberatan dengan saksi.

Selanjutnya, Saksi Risna Kepala Sekolah SPI menyatakan tidak pernah mendengar atau melihat bahkan gosip  saja tidak mendengar tentang adanya perbuatan cabul dilakukan oleh Ko Jul. Lagian Ko Jul kalau di SPI pasti saya tahu karena saya ada disitu dan Ko Jul terjadwal kalau ke SPI serta tidak pernah sendiri.

“SN pemberani dan dipanggil Jenderal harusnya dia bisa melapor kalau memang benar, kalau saya tau pasti saya juga akan melaporkan, tetapi SN tidak pernah ada isu ini selama 12 tahun dan saya tidak pernah tahu,” tuturnya.

Risna menambahkan, September 2021, Ditjen Pendidikan memeriksa sekolah kami. Semua anak anak diperiksa satu satu, tetapi semuanya menyatakan tidak pernah ada isu sama sekali tentang hal ini, oleh karena itu akreditasi kami masih A diterbitkan di Desember 2021.

Ketua Yayasan Sandy Fransisco, dalam keterangannya, mengatakan, saya juga pernah di periksa di Polda Jatim. Sejak 2015 sehari-hari Yayasan disokong oleh para donatur. Sejak awal berdirinya Yayasan dengan maksud berkomitmen hanya menerima siswa Yatim Piatu.

“Yang diutamakan, Yatim Piatu atau siswa dari keluarga yang tidak mampu”, ucapnya.

Saksi Sandy juga memaparkan, selama mendirikan Yayasan pada Tahun 2003 hingga 2020, tidak pernah dengar ada pencabulan yang dilakukan EJ. (Kojul). Sedangkan pada 2011 saya mulai aktif tinggal di Yayasan.

Melalui santernya, pemberitaan di beberapa media ada permasalahan dengan isu EJ. melakukan perbuatan cabul. Atas isu tersebut, saya tidak percaya masalah yang membelit Kojul karena sebagian saya di sana juga (tinggal di Yayasan) dan saya tidak pernah mendengar bahkan isu itupun tidak ada selama 12 tahun ini, tandasnya.

Diketahui SN selaku, Pelapor, saksi menyampaikan, sehari-hari beberapa kali saya dengar dari guru-guru memang SN anak yang ambisius kreatif dan ingin menonjol.

“Yang kerap menonjol dalam diri SN yaitu, termasuk saat ikuti pelajaran selalu sering izin ke belakang “, tuturnya.

Terkait, alumni yang bekerja di Yayasan disampaikan, selalu melalui prosedur dan memenuhi syarat-syarat yang diterapkan Yayasan.

Saksi mengeluh, dalam keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan BAP membuat luka yang membekas dalam dirinya karena saya jelaskan tidak benar.

”Di penyidikan Kepolisian saya shock lantaran, ada pertanyaan SN saya ajak ke kamar Kojul. Hal tersebut, membekas bagi saya dan sangat tidak masuk akal karena tidak mungkin, saya ini adik ipar ko jul,”, bebernya.

Mengenai laporan SN, diungkapkan oleh saksi bahwa jika kejadian pada tahun 2009 hingga 2020 kenapa gak bilang ?. Padahal, Yayasan ini, pernah dikunjungi Kapolres Batu, Sandiaga Uno maupun beberapa pengusaha-pengusaha mengapa masalah ini muncul sekarang, padahal SN anak yang pemberani.

Perkara ini muncul, di YouTube dan beberapa media sudah viral maka dampak tidak baik bagi Yayasan Selamat Pagi Indonesia (SPI).

Usai persidangan, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan, saya melihat substansi tentang penetapan tersangkanya karena semua saksi atau penilaian yang dilakukan saksi-saksi dari Penasehat Hukum Pemohon mengatakan, tidak tahu.

”Semua saksi-saksi pada keterangan intinya sama. Itu artinya, sudah di setting kan !, dan ini merugikan Eko Julianto sendiri karena Polda Jatim sudah memiliki 2 alat bukti atau bukti-bukti yang kuat,” tegasnya.

Lebih lanjut, dipersidangan Penasehat Hukum dari Polda Jatim, tidak menggunakan hak hukumnya karena keberatan saksi dihadirkan. (M9)

Komentar

Berita Terkait