Pesta Demokrasi di Indonesia, Pulau Jawa Lumbung Suara Signifikan Pemilu 2024

Detiknews.id Jakarta – Pesta Demokrasi segera digelar di Indonesia. Pulau Jawa tetap dianggap sebagai lumbung suara yang signifikan menjelang Pemilu 2024. Pulau ini memiliki lebih dari 115 juta pemilih dari total 204,8 juta pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) KPU.

Pilpres 2024, ada 3 pasangan yang maju antara lain Capres Ganjar Pranowo gandeng Cawapres Machfud MD, Capres Anies Baswedan gandeng Cawapres Muhaimin Iskandar, dan Capres Prabowo Subianto gandeng Cawapres Gibran Rakabuming Raka.

Hal ini di ungkapkan oleh Peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas, Toto Suryaningtyas, memperkirakan bahwa persaingan antara pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) di Provinsi Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar) akan menjadi yang paling ketat dalam Pemilihan Presiden (Pipres) 2024 mendatang.

Dijelaskan oleh Toto Suryaningtyas, bahwa diperkirakan persaingan antara pasangan Capres dan Cawapres di Pulau Jawa sangat ketat. Disebabkan belum adanya nama pasangan calon yang mendominasi di dua provinsi yaitu Jatim dan Jabar, suara yang signifikan dan cenderung tidak bersifat mutlak.

“Pulau Jawa menjadi pusat, masing-masing capres memiliki keunggulan, misalnya dari DKI Jakarta, Anies Baswedan memiliki keunggulan, sedangkan di Banten dan Jabar, Prabowo Subianto memiliki keunggulan. Sementara untuk Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), Ganjar Pranowo merupakan figur yang paling unggul,” jelas Toto.

Lanjutnya, seperti Prabowo di Jabar tidak mencapai 50 persen, mungkin hanya sekitar 35 persen, begitu juga dengan keunggulan Ganjar di Jatim yang tidak mutlak, berkisar antara 35-40 persen dibandingkan dengan calon-calon lain.

“Disoroti langkah Prabowo Subianto yang mencoba untuk menggandeng Gibran Rakabuming Raka dalam upaya memperoleh suara dari Jateng. Namun, Jateng memiliki basis pendukung yang kuat dari PDI Perjuangan, sehingga sering dijuluki “Kandang Banteng,” terangnya.

Ketika ditanya siapa yang paling berpotensi menjadi Gubernur Jateng. Menurutnya, bahwa elektabilitas tinggi Gibran di Jateng cenderung mengarah pada posisi sebagai Gubernur, bukan Cawapres.

“Untuk potensi sekitar 10 persen paling tinggi, dan arahnya ke Mas Gibran untuk Gubernur, bukan Cawapres,” ungkap Toto.

Toto pun menyebut para kandidat mesti masuk ke masing-masing wilayah dan menyesuaikan subkultur setempat untuk menarik simpati pemilih. Mendekati tokoh penting di sebuah daerah dipandang tidak akan mempan jika kandidat tidak “masuk” ke daerah tersebut.

“Waktu itu tokoh penting di Jabar, RK (Ridwan Kamil) waktu masih Gubernur, sama Khofifah (Jawa Timur), DIY Sri Sultan, tapi kalau ditanya relevansinya dengan capres-cawapres raih simpati, nggak bisa dan nggak cukup meraih harus masuk subkultur karena puluhan juta pemilihnya,” kata Toto

Ditambahkan, disini saya menekankan bahwa para kandidat harus masuk ke masing-masing wilayah dan menyesuaikan dengan subkultur setempat untuk mendapatkan dukungan pemilih.

“Pendekatan kepada tokoh penting di sebuah daerah tidak akan berhasil jika kandidat tidak memahami subkultur setempat,” pungkasnya. (M9)

Komentar

Berita Terkait