Ngopi Bareng, Dosen KJJT Kupas Tentang “Kiamat” Jurnalistik 

KJJT

Detiknews.id Surabaya – Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT) menggelar ngopi bareng bersama anggota KJJT Surabaya. Menghadirkan nara sumber dibidangnya, Darmantoko mantan Kepala Perwakilan Surabaya Pos di Jakarta mengasah keilmuan tentang kejurnalistikan.

KJJT Surabaya / M9

Ngopi Bareng, dihadiri Ketua KJJT Jawa Timur Ade Maulana, Sekjen KJJT Agusnal FH, dan belasan anggota. Diselenggarakan berada di Santorini Town Square, Jalan Ronggolawe nomer 2A Surabaya.

Ketua KJJT Jawa Timur Ade Maulana menuturkan, tujuan KJJT menyampaikan, maksud dari menghadirkan Dosen KJJT tersebut untuk mengupas wawasan kejurnalistikan sebagai modal dalam menghadapi nara sumber.

“Dosen KJJT Darmantoko menyampaikan kosakata ke semua anggota KJJT, mengajak anggota untuk menghindari “Kiamat” Jurnalistik, menyampaikan Fakta sebenarnya. Artinya harus menjadi jurnalis yang berwibawa dan bermartabat. Nara sumber memberikan ilmunya yang empiris artinya berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan),” terangnya.

Darmantoko mantan Kepala Perwakilan Surabaya Pos di Jakarta menuturkan, sebagai Jurnalis yang berwibawa dan bermartabat banyak kiat dan edukasi yang harus dipahami. Hal ini untuk menghindari kiamat Jurnalistik.

“Kami mengajak para jurnalis untuk menguasai 5 W 1 H ini terdapat 6 unsur yakni berupa: What (Apa), Who (Siapa), Where (Dimana), When (Kapan), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana). Dengan menguasai ini, maka kita akan menjadi Jurnalis yang cerdas dan berkualitas, ” tuturnya, Selasa (06/08/2024)

Menurutnya, selain 5 W 1 H diperlukan juga penyajian informasi yang informatif. Karena informasi yang informatif itu akan menjadi tolak ukur dari kualitas Jurnalis tersebut.

“Kami sarankan hendaknya, jurnalis memahami informasi yang Informatif. Artinya, memberi Pengetahuan atau Pemahaman Baru. Informasi yang informatif dianggap berhasil ketika mampu menyajikan fakta, data, atau penjelasan secara jelas dan terstruktur,” jelasnya.

Ditambahkan oleh Darmantoko, dalam bidang filsafat, berpikir secara komprehensif adalah sebuah cara dimana orang bisa melihat suatu hal secara lengkap meliputi berbagai aspek.

“Kami mengajak melalui cara berpikir filosofis ini, orang bisa menangkap dan memahami secara menyeluruh. Hingga bagian terkecil, sehingga bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan menjadi pribadi yang baik berkualitas juga bermartabat,” tandasnya.

Kesimpulannya, ngopi bareng ini menjadikan jurnalis yang cerdas dan perspektif. Memacu jurnalis yang sejati dengan cara pandang terhadap suatu objek, dan persepsi adalah tindakan menafsirkan informasi untuk menggambarkan dan memahami lingkungan dengan baik. (M9)

Komentar

Berita Terkait