Detiknews.id Surabaya – Semarak Java Regional Economics Forum (JREF) 2025, sebagai forum strategis. Sukses digelar Bank Indonesia, untuk memperkuat sinergi kebijakan ekonomi di wilayah Jawa. Dengan salah satu agenda utama, yaitu : Rapat Koordinasi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Wilayah Jawa. Dengan tema, “Penguatan Investasi Sektor Manufaktur dalam Mendukung Akselerasi Pertumbuhan di Wilayah Jawa”.
Agenda rutin tahunan Bank Indonesia, bertujuan, merumuskan rekomendasi kebijakan. Guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mempercepat realisasi investasi di sektor manufaktur.
Rapat koordinasi dihadiri oleh perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Investasi/ Hilirisasi (BKPM), Kementerian PPN/ Bappenas, Kementerian Perindustrian, Kementerian PUPR, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan pentingnya penguatan ekosistem investasi yang kondusif bagi sektor manufaktur. Sejalan dengan Asta Cita Pemerintah, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan membangun industri berkelanjutan.
“Wilayah Jawa memegang peranan sentral dalam struktur ekonomi nasional. Karena itu, penguatan investasi daerah menjadi kunci akselerasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
Meski demikian, upaya percepatan investasi masih menghadapi tantangan pada aspek infrastruktur, regulasi, dan pembiayaan.

Serambi 2024, BI Jatim Layani Warga Surabaya Antusias Tukar Uang Baru di Kas Keliling Ziarah Wali
Bank Indonesia mengidentifikasi tiga strategi utama untuk mengatasinya, yaitu:
- Optimalisasi konektivitas dan link-and-match ketenagakerjaan antara dunia usaha dan pendidikan vokasi;
- Peningkatan insentif serta penyempurnaan sistem perizinan investasi; dan
- Perluasan akses pembiayaan serta sinergi promosi investasi terintegrasi antarprovinsi di Jawa.
Asisten Deputi Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Aneka Kemenko Perekonomian, Atong Soekirman, menambahkan, bahwa pemerintah terus memperkuat iklim investasi melalui penyederhanaan perizinan, pemberian insentif fiskal, dan penguatan kawasan ekonomi.
“Pentingnya integrasi kebijakan industri dan ketenagakerjaan. Untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan merata di seluruh wilayah Jawa,” jelasnya.
Sementara itu, Ratih Purbasari Kania, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam dan Industri Manufaktur Kementerian Investasi/Hilirisasi, mengungkapkan, bahwa hingga Kuartal III 2025, realisasi investasi di wilayah Jawa mencapai Rp 692,5 triliun, atau sekitar 48 persen dari total nasional.
“Capaian ini menegaskan bahwa Jawa tetap menjadi magnet utama investasi di Indonesia. Khususnya di sektor manufaktur pengolahan logam, makanan-minuman, dan kimia dasar,” ujarnya.
Dalam sesi pembahasan lanjutan, setiap provinsi di wilayah Jawa menyampaikan perkembangan, tantangan. Serta peluang penguatan investasi di daerahnya masing-masing. Masukan tersebut ditindaklanjuti oleh K/L terkait, termasuk Kemenperin, KemenPUPR, Bappenas, dan OJK. Dengan strategi debottlenecking terhadap berbagai hambatan investasi.
Rapat koordinasi menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, antara lain:
- Percepatan pembangunan infrastruktur pendukung kawasan ekonomi;
- Peningkatan kualitas SDM industri melalui pelatihan dan sertifikasi;
- Sinkronisasi kebijakan pusat-daerah untuk kemudahan berusaha;
- Perluasan akses pembiayaan produktif dengan bunga kompetitif; dan
- Penguatan promosi investasi terintegrasi yang dimonitor bersama pemerintah daerah.
Melalui sinergitas lintas lembaga, investasi sektor dan manufaktur di Jawa. Diharapkan, semakin kuat sebagai penggerak utama, pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya ini menjadi bagian dari strategi besar, menuju pertumbuhan yang akseleratif, inklusif, dan berkelanjutan. Berlandaskan kolaborasi erat antara pemerintah pusat, daerah, Bank Indonesia, dan seluruh mitra strategis. (M9)




Komentar