Detiknews.id Surabaya – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Timur, bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) II, dan Kantor Kemenkeu Jatim. Menggelar sinergitas, bertema Memperkuat Pilar Nusantara. Ini dalam rangka menjaga stabilitas, menavigasi tantangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
BI Jatim, menyebutkan kinerja ekonomi tumbuh positif 5 persen. Hal ini dipaparkan oleh Kepala KPw BI Jatim Ibrahim, menuturkan, bahwa makro ekonomi dari sisi permintaan, tetap terjaganya ekonomi Jawa Timur didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi RT, konsumsi pemerintah, dan net ekspor. Sementara, dari sisi penawaran disokong oleh Pertanian dan Akomodasi Makan Minum.
“Peningkatan kinerja konsumsi RT turut ditopang oleh kenaikan KPR, KPA, dan Multiguna. Perbaikan kinerja penjualan eceran, terutama Makanan Minuman Kinerja Google Trend jasa makanan minuman meningkat, masih tingginya minat masyarakat. Kinerja ekspor yang masih tumbuh positif ditopang oleh beberapa komoditas utama ekspor Luar Negeri (LN), meliputi: Lemak Minyak, Produk Kimia, Tembakau dan Rokok,” tuturnya saat berada Lantai 5 Ruang Singosari KPw BI jatim di Jalan Pahlawan nomer 105, Surabaya.
Lanjut Ibrahim, perkembangan Inflasi di Jatim, pada April 2025, Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi bulanan sebesar 0,93 persen (mtm), melambat. Dibandingkan inflasi bulan Maret 2025 sebesar 1,44 persen (mtm), seiring normalisasi permintaan momen bulan Ramadhan dan HBKN Idul Fitri.
“Artinya, secara tahunan, Provinsi Jawa Timur pada April 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,35 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,77 persen (yoy). Didorong oleh komoditas emas perhiasan domestik, sebagai dampak transmisi dari kenaikan harga emas dunia, di tengah ketidakpastian global yang semakin tinggi (Kel. Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya),” jelasnya.
Menurut Ibrahim, secara spasial, ada 11 kabupaten/kota IHK di Jawa Timur tercatat mengalami inflasi pada April 2025, tertinggi di Kabupaten Banyuwangi dan terendah di Kabupaten Bojonegoro.
“Faktor Pendorong Inflasi % (yoy), yaitu : Emas Perhiasan 0,59 persen, Cabai Rawit 0,18 persen, Kopi Bubuk 0, 10 persen, Bakar Bakar Rumah Tangga 0,10 persen, Minyak Goreng 0,09 persen. Sedangkan, Faktor Penahan Inflasi % (yoy), yaitu : Daging Ayam RAS (-0,24) persen, Tomat (-0,02) persen, Angkutan Udara (-011) persen, Angkutan Udara (-0,11) persen, Beras (-0,07) persen, dan Telur Ayam Ras (-0,05) persen. Untuk, NPL Kredit Perbankan Umum dan UMKM masih terjaga di bawah threshold 5 persen,” ungkapnya.
Ibrahim menambahkan, perkembangan sistem pembayaran di Jawa Timur pada Triwulan I 2025 tumbuh positif. Seiring dengan kuatnya kinerja konsumsi RT selama momen Imlek, Ramadhan, dan persiapan HBKN Idulfitri, serta turut didukung program akselerasi digitalisasi sistem pembayaran yang terus berlanjut.
“Perkembangan uang beredar di Jawa Timur tercatat net-outflow seiring dengan kuatnya konsumsi RT pada HBKN Idulfitri. Dari transaksi transfer tercatat menjadi faktor utama kinerja Sistem Pembayaran berdasarkan tujuan transaksi. Juga transaksi QRIS di Jawa Timur pada triwulan I 2025, mencapai Rp 26,05T, tumbuh 227,2 persen (yoy),” jelasnya.
“Transaksi tersebut turut didukung oleh pertumbuhan merchant QRIS yang sebesar 4,51 Juta pada Maret 2025. Adapun pengguna QRIS di Jawa Timur secara akumulatif hingga triwulan I 2025 sebanyak 8,48 juta pengguna,” pungkasnya.
Kesimpulannya, Bank Indonesia membuktikan Outlook pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi di Jawa Timur 2025 tumbuh positif.
Terbukti dari kinerja ekonomi Jawa Timur untuk keseluruhan tahun 2025 diprakirakan akan tetap baik, dan berada di kisaran 4,7-5,5 persen(yoy), ditopang oleh tetap kuatnya konsumsi, serta terjaganya permintaan eksternal. Selain itu, prospek inflasi tahun 2025 diperkirakan terkendali di rentang sasaran nasional 2,5±1 persen. (M9)
Komentar