Sinergitas Bank Indonesia dan Pemerintah, Digitalisasi Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Jawa 

Bank Indonesia

Detiknews.id Jakarta – Sinergitas Bank Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Daerah menggelar rapat koordinasi, ini dalam rangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) wilayah Jawa Tahun 2024. Seperti fasilitasi bantuan sarana prasarana kepada 28 gapoktan/pelaku usaha di wilayah Jawa dan program dukungan pembiayaan.

GNPIP fokus digitalisasi sebagai program unggulan pengendalian inflasi daerah. Kegiatan GNPIP dengan tema, Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas.

Sosialiasi Aplikasi SENOPATI dan Aplikasi SEMAR / M9

Digitalisasi berupa aplikasi Sistem Pemantauan Pasokan dan Harga Pangan untuk Jawa yang Terkendali (SENOPATI) dan dashboard Sistem Pengelolaan Transaksi Keuangan Badan Usaha Milik Petani/Daerah (BUMP/BUMD) dengan nama SEMAR.

Aplikasi SENOPATI ditujukan untuk membangun konektivitas data dan informasi guna memantau produksi dan harga pangan secara real-time. Aplikasi SEMAR akan mengoptimalkan manajemen keuangan petani dan efektivitas rantai pasok komoditas pangan.

Anggota Dewan Gubernur, Doni P. Joewono yang diwakili oleh Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa wilayah Jawa berperan strategis sebagai sentra produksi pangan utama nasional seperti beras, aneka cabai, dan bawang merah.

“Harapannya, dapat memperkuat manajemen usaha tani BUMD dan BUMP, optimalisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) serta hilirisasi pangan,” tuturnya.

Menurutnya, Inflasi tahunan wilayah Jawa pada periode Juli 2024 tercatat sebesar 2,10 persen (yoy), masih di bawah inflasi nasional yang sebesar 2,13 persen (yoy), dan tetap terjaga dalam kisaran target 2,5±1 persen (yoy).

“Berdasarkan data BPS, penurunan luas lahan pertanian di Indonesia mencapai sekitar 238 ribu ha, dan sekitar 60 persennya terjadi di wilayah Jawa,” jelasnya.

Bank Indonesia meyakini sinergi dan kolaborasi dari seluruh TPID di Wilayah Jawa maupun nasional yang adaptif dan inovatif, mampu mewujudkan stabilitas inflasi yang terjaga sesuai target inflasi pada rentang 2,5 persen ± 1 persen.

Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan mengapresiasi langkah sinergi dan kolaborasi TPID Wilayah Jawa yang berfokus dalam penanganan inflasi pangan.

“Ketersediaan pasokan antar waktu dan antar wilayah masih menjadi tantangan utama dalam stabilisasi harga pangan. Optimalisasi produktivitas perlu didorong dengan langkah-langkah quick win seperti program IP 300 untuk komoditas padi, penggunaan Proliga Cabai untuk komoditas aneka cabai, dan True Shallot Seed (TTS) untuk bawang merah diyakini dapat memitigasi dampak anomali cuaca pada ketersediaan pasokan,” jelasnya.

Ditambahkan oleh Pj. Gubernur Jawa Tengah yang diwakili Sekretaris Daerah, Sumarno, menyampaikan bahwa GNPIP merupakan bentuk komitmen dan keseriusan kerja sama TPID di tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota di wilayah Jawa dalam upaya pengendalian inflasi daerah.

“TPID Jawa Tengah menindaklanjuti hasil Rakor TPIP-TPID wilayah Jawa melalui sinergi bersama dalam program integrasi dari hulu hingga hilir,” terangnya.

Untuk itu, pada Rakor TPIP-TPID wilayah Jawa (14/08/2024), telah disepakati 3 langkah strategis yaitu : i) peningkatan produktivitas pangan mengatasi anomali cuaca diantaranya dengan penerapan inovasi teknologi budi daya, ii) penguatan produksi di tengah meluasnya alih fungsi lahan serta iii) penguatan ekosistem pangan yang integrated.

Sebanyak 13 KAD baru intra Jawa berhasil disepakati malalui peningkatan peran BUMD/BUMP. Pada gilirannya BUMP/BUMD diharapkan dapat mendorong nilai tambah komoditas pangan melalui program hilirisasi. Optimalisasi BUMD dan BUMP selama semester I 2024 juga dilakukan dengan perluasan 147 kios TPID menjadi 924 kios TPID yang tersebar di wilayah Jawa. (M9)

Komentar

Berita Terkait