Detiknews.id Malang – Festival Kali Brantas bersamaan dengan Festival Lempung Agung yang selenggarakan di 7 Kampung Tematik Kota Malang. Ini sebagai budaya dengan ritual Ngumbah Grabah dan Petik Tirto Amerto Kali Brantas. Prosesi acara di pandu oleh Ki Demang bersama Haryono Ketua Kampung Gerabah. Diiringi 40 penari dengan membawa gerabah dari atas pabrik gerabah turun ke Sungai Brantas melewati tangga pondasi yang curam dan melintasi titik jembatan bambo untuk sampai di seberang Sungai Brantas sisi utara.
Meski pengrajin hingga kini sia 10 orang, kerajinan gerabah di Kota Malang sudah ada dan dilakukan sejak zaman kerajaan Kanjuruhan, Singosari, masa kolonial hingga sekarang. Perkakas alat rumah tangga maupun untuk keperluan hiasan yang terbuat dari gerabah sampai saat ini masih di produksi di Kampung Gerabah Penanggungan. Kerajinan Kampung Gerabah yang menjadi sentra kerajinan serta edukasi wisata gerabah di Kota Malang.
Diiringi gamelan dari Kampung Satrio Turonggo Jati Pimpinan Nanang Gustanto, mantra dan doa di ucapkan oleh Ki Demang sebagai pertanda Ritual Ngumbah Gerabah Petik Tirto Amerto Kali Brantas di mulai. Lengkap dengan cok bakal, tumpeng sak jodo, bubur palang, bubur sengkolo dan uborampe lainnya sebagai perlambang wujud syukur yang di di panjatkan.
Sesampai di seberang tepi Sungai Brantas para penari menari sambil mencuci gendok yang terbuat dari gerabah. Para penari menggerakkan tubuhnya seperti hanyut dalam kekhusukan doa dan iringan gamelan karya koreografer Endra Zulaifah pimpinan sanggar seni Denendar Malang.
“Petik Tirto Amerto ini sebagai perlambang bahwa sumber mata air di kampung ini masih ada dan terjaga,” tutur Ki Demang Sebagai pengaggas Festival Kali Brantas di 7 kampung Tematik Kota Malang.
Air dari sumber yang di salurkan melalui pancuran di ambil dengan gendok grabah menandakan kampung ini masih menjaga dan melestarikan tradisi nenek moyang.
Hariyono Ketua Kampung gerabah Penaggungan mengatakan, masih terdapat 7 titik sumber mata air sekitaran Sungai Brantas di Kampung Penanggungan ini yang di gunakan untuk konsumsi sehari-hari.
“Selain itu di kampung ini ada 3 sumber mata air yang berdekatan yang langsung mengalir ke Sungai Brantas. Hariyono juga mengatakan bahwa Kampung Grabah Penanggungan ini manfaatkan Sungai Brantas sebagai bagian dari kegiatan kampung diantaranya main lempung, ngumbang grabah serta ciblon berenang untuk anak anak dan mandi di Sungai Brantas,” terangnya.
Budayawan Malang Syamsul Subadri juga mengatakan, kegiatan Petik Tirto Amerto dalam Festival Kali Brantas di Kampung Grabah ini merupakan pelestarian tradisi sebagai bagian dari upaya memajukan objek kebudayaan.
“Ada 10 objek yang dimajukan dalam kebudayaan dan setidaknya event Petik tirto Amerto ini memunculkan 5 objek pemajuan kebudayaan. Diantaranya seni tradisional, grabah sebagai pengetahuan dan teknologi tradisional serta kegiatan adat istiadat dan ritus dalam bentuk doa,” Imbuh Syamsul Subadri yang akrap dipanggil Mbah karjo.
Festival Kali Brantas di 7 Kampung Tematik Kota Malang pada pagi harinya Minggu 24 juli jam 09.00 WIB dilakukan di Kampung Keramik DInoyo dalam acara Larung Sesaji Labuh kali dan dilanjutkan Senin 25 Juli 2022 Jam 14.00 WIB dilanjutkan dengan Kampanye Bersih Kaliku Putih Kampungku, di Kampung Putih Klojen.
Untuk di Hari Selasa 26 Juli 2022, Jam 14.00 WIB ada Parade Brantas Sungaiku, Arema Kampungku, di Kampung Biru Arema dan di Puncak Peringatan Hari Sungai Nasional 27 Juli mulai jam 12.00 WIB ada Gugur Gunung Metri Kali Brantas, di Kampung Tridi Kesatrian dilanjutkan dengan Warna Warni Nyadran Kali Brantas, di Kampung Warna Warni Jodipan dan di tutup dengan Damar Kambang Suluh Kali Brantas, di Kampung Lampion Jodipan. (M9)
Komentar