Detiknews.id Surabaya – PT Terminal Teluk Lamong (TTL) mencatat tonggak penting, dalam upaya mendorong efisiensi rantai pasok nasional. TTL melayani pengangkutan ekspor multimoda perdana. Pengiriman dengan rute Stasiun Semarang Tawang – Terminal Teluk Lamong. Sebagai implementasi skema transportasi ekspor, yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Kegiatan perdana ini, hasil kolaborasi antara PT Bintang Laut Platinum selaku operator angkutan multimoda, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Terminal Teluk Lamong, dan OOCL Shipping. Komoditas yang dikirim, merupakan produk industri asal Jawa Tengah. Dengan tujuan ekspor, ke berbagai negara di Asia.
Melalui skema multimoda, muatan ekspor diangkut menggunakan Kereta Api (KA), dari Stasiun Semarang Tawang ke Stasiun Surabaya Benteng. Kemudian, diteruskan dengan truk ke Terminal Teluk Lamong, untuk proses muat ke kapal.
Seluruh dokumen kepabeanan ekspor, mulai dari PEB, NPE, Bill of Lading (BL) hingga Customs Manifes. Terselesaikan di KPPBC Tanjung Emas. Dengan pengawasan KPPBC Tanjung Perak, di Pelabuhan Surabaya Teluk Lamong.
Model transportasi ini terbukti lebih efisien dari sisi waktu, biaya, dan kelengkapan dokumen. Dibanding sistem konvensional, yang sepenuhnya menggunakan truk, dari Semarang ke Surabaya. Selain itu, bea keluar dan devisa hasil ekspor, tetap tercatat di daerah asal, menjaga kontribusi ekonomi lokal Jawa Tengah.
Direktur Operasi PT Bintang Laut Platinum, sekaligus Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Logistik dan Multimoda DPW ALFI Jawa Timur, Iko Sukma Handriadianto, menyampaikan apresiasi atas dukungan seluruh pihak.
“Kegiatan perdana luar biasa ini, membuktikan Pelabuhan Surabaya berfungsi sebagai hub port internasional. Untuk integrasi transportasi single document, antarwilayah dan antarnegara,” ujar Iko.
Sementara itu, Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong, David Pandapotan Sirait, menegaskan, bahwa skema multimoda, memberikan manfaat besar bagi eksportir. Terutama yang berlokasi jauh dari pelabuhan.
“Multimoda, menjadi solusi logistik terintegrasi. Mampu menekan biaya, mempercepat waktu tempuh, dan memastikan kepatuhan. Terhadap ketentuan kepabeanan secara optimal,” jelas David.
Ia menambahkan, skema multimoda juga mendukung aspek keberlanjutan.
“Dengan memindahkan sebagian muatan ke moda kereta api, beban lalu lintas jalan raya berkurang, dan emisi kendaraan menurun. Ini langkah nyata, menuju efisiensi logistik dan keberlanjutan lingkungan,” pungkasnya. (M9)


Komentar