Detiknews.id Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyampaikan tentang Asesmen Sektor Jasa Keuangan, Kebijakan OJK dan Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Bulan November 2024.
OJK menjaga stabilitas kinerja perekonomian di Indonesia. Terbukti dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, pada triwulan III tercatat sebesar 4,95 persen yoy. Dengan pertumbuhan kumulatif dari triwulan I hingga triwulan III 2024, sebesar 5,03 persen. Sehingga pertumbuhan keseluruhan tahun 2024, dapat dipertahankan di atas 5,0 persen.
Melalui virtual, Mahendra menuturkan, hingga kini stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah meningkatnya risiko geopolitik global.
“Kemenangan Presiden terpilih Trump dan Partai Republik di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan tensi perang dagang,” tuturnya.
Menurutnya, ketidakstabilan geopolitik di beberapa negara utama di Asia dan Eropa, serta di Timur Tengah dan Ukraina, meningkatkan risiko geopolitik. Di AS, indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik menguat, sehingga ikut menyebabkan kembali meningkatnya tekanan inflasi. Kinerja sektor produksi di Tiongkok, kembali meningkat meskipun tekanan demand berlanjut. Sehingga mendorong pelemahan mayoritas pasar emerging market baik di saham, obligasi maupun nilai tukar.
“Kendati demikian, Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III masih mencatatkan surplus yang mengindikasikan ketahanan eksternal tetap terjaga. Inflasi juga terpantau terjaga stabil, seiring terus terkendalinya inflasi pangan. Namun, tetap perlu dicermati perkembangan PMI manufaktur yang berada di zona kontraksi. Serta berlanjutnya pelemahan indikator permintaan seperti penjualan ritel, kendaraan bermotor, dan indeks kepercayaan konsumen,”paparnya.
Kondisi di pasar saham domestik di November 2024, melemah sebesar 6,07 persen mtd per 29 November 2024 ke level 7.114,27 (secara ytd: melemah 2,18 persen). Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.000 triliun atau turun 5,48 persen mtd (secara ytd naik 2,87 persen).
Sementara itu, non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp16,81 triliun mtd (ytd: net buy Rp21,56 triliun). Secara mtd, pelemahan terjadi hampir di seluruh sektor dengan pelemahan terbesar di sektor basic materials dan property & real estate.
Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp12,78 triliun ytd. Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15 persen mtd (naik 4,95 persen ytd) ke level 393,14, dengan yield SBN rata-rata naik 8,41 bps mtd (ytd: naik 26,34 bps) per 29 November 2024 dan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp13,07 triliun mtd (ytd: net buy Rp30,44 triliun) per 29 November 2024.
Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp0,22 triliun mtd (ytd: net sell Rp2,45 triliun). Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,04 triliun (turun 0,95 persen mtd atau naik 2,34 persen ytd) pada 29 November 2024.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp494,45 triliun atau turun 1,17 persen mtd (ytd: turun 1,40 persen) pada 29 November 2024 dan tercatat net subscription sebesar Rp3,0 triliun mtd (ytd: net redemption Rp6,87 triliun).
Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp219,45 triliun. Ini merupakan fund raising dari 34 emiten baru, yang melakukan fund raising dan penawaran umum dengan nilai mencapai Rp51,20 triliun.
Melalui IPO Saham, Penerbitan EBUS dan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Sementara itu, masih terdapat 133 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp58,34 triliun.
Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 29 November 2024, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 694 penerbitan Efek, 170.450 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,33 triliun.
Pada Bursa Karbon, tercatat 94 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 906.440 tCO2e. Akumulasi nilai sebesar Rp50,55 miliar, dengan rincian nilai transaksi 19,83 persen di Pasar Reguler, 43,39 persen di Pasar Negosiasi, 36,56 persen di Pasar Lelang, dan 0,22 persen di marketplace.
Ke depannya, potensi Bursa Karbon masih sangat besar mempertimbangkan, terdapat 4.089 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan. (M9)
Komentar