KIPP Sulsel Verlap Inovasi KPK di SD Center Masamba, Murid Tertanam Nilai Kejujuran Sejak Dini

Detiknews.id, SULSEL – Saat ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui Biro Organisasi Setda Sulsel menggelar hajatan inovasi tahunan yang disebut Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Jaringan Inovasi Pelayanan Publik (JIPP).

Ada 42 Inovasi dari berbagai daerah bersaing masuk ke dalam jajaran elit inovasi TOP 30, sebagai capaian tertinggi inovasi di tingkat provinsi.

Sementara Kabupaten yang berjuluk Bumi Lamaranginang (Luwu Utara, red) sendiri meloloskan 3 (tiga) inovasi di tahapan verifikasi lapangan, yaitu Peta Baper, Kebun Si Pintar, dan Rompi KPK. Inovasi yang disebut terakhir rupanya menarik perhatian para panelis saat tahapan presentasi dan wawancara dilangsungkan di Makassar beberapa waktu lalu.

Bahkan, inovasi ini mendapat standing ovation dari mereka. Walau sebenarnya semua inovasi memiliki kans yang sama untuk masuk TOP 30 KIPP Sulsel.

Rompi KPK atau Kelas Pencegahan Korupsi adalah sebuah inovasi di sektor Pendidikan. Inovasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Suharto pada 2017 yang lalu. Mantan Guru SD Center, yang saat ini menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Guru Tenaga Kependidikan (PGTK) di Dinas Pendidikan, sekaligus sebagai inovator Rompi KPK.

Menurut Suharto, inovasi ini berangkat dari sebuah permasalahan, di mana nilai-nilai kejujuran saat ini sudah mulai luntur. Kurangnya pendidikan karakter yang ditanamkan terhadap anak-anak sekolah sejak dini, dinilai sebagai pemicu terbesar banyaknya orang yang sebenarnya berpendidikan, malah terjebak dalam pusaran kasus korupsi.

“Inovasi Rompi KPK bukan inovasi punishment atau hukuman, tetapi inovasi yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan pemahaman terhadap anak-anak sekolah agar selalu berbuat jujur di sekolah. Rompi KPK tidak dipakaikan kepada anak SD, tetapi rompi itu sebagai media edukasi saja,” jelas Atto panggilan akrab Suharto Kabid PGTK, Jumat 2 April 2021 pada media ini via WhatsApp.

Dan ketika seorang guru menemukan ada murid yang berbuat tidak jujur, dia kemudian dibawa ke ruang Kepala Sekolah tanpa diketahui temannya. Kepala Sekolah mengedukasi dia dengan Rompi KPK, tidak dipakaikan, hanya diperlihatkan saja, bahwa siapa yang berbuat tidak jujur, nanti akan sama dengan orang-orang yang ada di TV dengan rompi orange-nya.

Atto berharap, dengan inovasi Rompi KPK, akan tertanam nilai-nilai kejujuran terhadap sang anak untuk selalu berbuat jujur, sehingga kelak saat dewasa, nilai-nilai kejujuran yang sudah ditanamkan sejak dini itu, bisa menjadi pelindung terhadap berbagai godaan dan pengaruh buruk yang begitu banyak tersedia di muka bumi.

“Paling tidak, tertanam di benak mereka, para anak ini, bahwa ternyata saya pernah diedukasi dengan Rompi KPK waktu sekolah dulu,” imbuhnya.

Atto mengakui, inovasi ini sempat mendapat penolakan dari orang tua siswa. Pasalnya, inovasi dia belum tersosialisasikan dengan baik.

“Kendala awalnya sih dukungan orang tua, yang belum teredukasi dengan baik terhadap inovasi ini. Ketika kita sosialisasikan bersama pihak komite sekolah, bahwa inovasi ini bukan media hukuman, tapi hanya sebagai media edukasi saja,” terangnya.

Sekadar diketahui, salah satu referensi bahwa ternyata di Negara Jepang, orang tua siswa tidak pernah bangga kalau anaknya dapat nilai 10 (sepuluh, tapi justru mereka malu kalau anaknya datang terlambat ke sekolah. (yustus)

Komentar

Berita Terkait