Detiknews.id Yogyakarta – Dalam rangka HUT ke-39, silaturahim Warkaban Nusantara dan Malam Tasyakuran Warkaban. Paguyuban Warkaban (Warga Asal Kabupaten Bantul) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Wayang Kulit Climen. Kegiatan ini didukung oleh Owner PT. Teknindo Geosistem Unggul, Wahyu P. Kuswanda.
Kegiatan tersebut dilakukan secara virtual. Lokasi pusat dukungan IT virtual ditetapkan di Surabaya, yaitu di kantor PT Teknindo Geosistem Unggul, perusahaan milik seorang anggota Warkaban, yang digelar Jum’at besok.
“Dalam rangka ikut memberikan sumbangsih kepada paguyuban Warkaban, kami menyediakan diri mendukung IT virtualnya”, ujar Wahyu P. Kuswanda, seorang anggota Warkaban yang juga owner PT Teknindo Geosistem Unggul. Kamis (08/10/2020)
“Untuk merayakan HUT ke-39 Warkaban, kami telah menyiapkan media virtual zoom meeting dan channel youtube bagi sekitar 2000 anggota Warkaban yang tersebar di seluruh Indonesia,” tambah Wahyu P. Kuswanda yang dalam kepanitiaan ditunjuk sebagai Koordinator Dukungan IT Virtual.
Sementara kegiatan Silaturahim Warkaban Nusantara akan diisi pengajian dengan mengundang Ustd Muhammad Jazir ASP dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Selain itu kegiatan Malam Tasyakuran Warkaban akan digelar wayang kulit climen dengan dalang Ki Seno Nugroho dari Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dengan lakon “Pandawa Namur Kawulo”.
“Ada juga pejabat pemerintah yang akan memberikan sambutan pada peringatan HUT Ke-39 Warkaban ini seperti Budi Wibowo (Pjs Bupati Bantul) dan Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta),” urai Wahyu P. Kuswanda.
Pagelaran wayang climen sendiri dipilih karena bentuk gelaran wayang secara virtual yang cocok dengan kondisi pandemi sekarang ini.
“Pak dalang beserta crew-nya menggelar wayang dilokasi sanggarnya di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dan kemudian gelaran tersebut dipancarkan secara virtual melalui zoom meeting dan youtube ke seluruh Indonesia,” terang Wahyu P. Kuswanda.
Sedangkan Ketua Umum Paguyuban Warkaban, Didik Akhmadi menjelaskan, lakon “Pandawa Namur Kawula” merupakan episode perjalanan kehidupan para Pandawa yang menjalani hukum buang dari kerajaan akibat Pandawa kalah main dadu. Hukum buang ditetapkan selama 13 tahun. Pada masa menjalani hukuman para Pandawa masing masing menjalankan profesinya sesuai yang tersedia di masyarakat.
Ada Pandawa yang menjadi guru tari, ada yang menjadi jagal tukang sembelih sapi, ada yang menjadi juru dakwah, dan ragam profesi yang lainnya. Pada episode ini, para Pandawa membaur bersama masyarakat dan mengatasi ragam permasalahan yang dihadapinya. Misalnya, Bima bisa membebaskan seorang demang dari tuntutan seorang raksasa yang meminta upeti korban korban dalam bentuk manusia hidup. Hukum buang yang cukup lama tersebut berhasil dijalani.
Dan para Pandawa tersebut pada akhirnya bisa kumpul di Kerajaan Wiratha, dibawah naungan Prabu Matswopati. Perjalanan kisah lakon wayang tersebut menggambarkan sesanti yang ada di masyarakat Jawa bahwa “wani ngalah, luhur wekasane”, “Andap asor, luhur wekasane”, atau pun “sopo sing sabar, luhur wekasane”.
“Mudah-mudahan anggota paguyuban Warkaban bisa menangkap pesan-pesan luhur melalui pagelaran wayang ini. Dan semoga bermanfaat tidak hanya untuk anggota paguyuban Warkaban saja melainkan juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi,” tandas Didik Akhmadi.
Disinggung mengapa ada sambutan dari Gubernur DKI Jakarta, Ketua Umum Paguyuban Warkaban Didik Akhmadi menjelaskan bahwa sebagian besar anggota Warkaban banyak berdomisili di Jakarta.
“Bahkan diantaranya telah menempati jabatan-jabatan penting di kementerian dan lembaga negara lainnya,” jelasnya. (M9)
Komentar