Detiknews.id.Tangerang – Sedikitnya 20 ribu masyarakat dari 40 perkumpulan warga Tionghoa yang tergabung dengan Tionghoa Kalbar Indonesia (PTK Indonesia) asal Kalimantan Barat se-Indonesia, membanjiri acara Imlek Nasional yang digelar di JIEXPO, Kemayoran, Selasa (12/2/2019).
Meski untuk pertama kalinya warga Tionghoa asal Kalbar menggelar Imlek Nasional, namun begitu disamput atusias oleh warga yang ada diperantuan.
Ketua Panitia Imlek Nasional Tjhai Leonadri mengatakan, Imlek ini pertama kali PTK Indonesia membikinnacara dengan 40 lebih perkumpulan menjadi satu.
“Perayaan Imlek tahun 2019 ini membawa pesan yakni tema Empat Pilar, Kebangsaan, UUD 45, Pancasila, dalam kekeluargaan yang kompak,” kata jelang acara digelar.
Dalam kesempatan itu, anggota DPR RI Darmadi Durianto mengatakan, bahwa kegiatan Imlek yang digelar oleh PTK Indonensia tidak berbau politik.
“Kegiatan ini tidak ada beraroma politik. Semuanya paropol ada disini, Ya Gerindra, PDI Perjuangan, Golkar, NasDem dan Hanura serta partai lainnya ada,” katanya.
Ketua Presidum PTK Indonesia Ir Rudi Halam menegaskan kembali, bahwa Imlek yang digelar tidak ada kaitan dengan politik praktis, hal ini dilakukan sebagai pertemuan warga Tionghoa yang sudah lama tidak bertemu, karena jarak dan kesibukan masing-masing.
“Kita bentuk PTK Indonesia tidak ikut dalam politik. Jadi, ini murni kerinduan kami khusus untuk Kalbar. PTK Indonesia punya ciri khusus dimana perantauan banyak sekali di Jakarta dan berbagai kota,” terangnya.
Rudi mengatakan, PTK Indonesia juga menggundang para pejabat DKI maupun Nasional, beserta kepala daerah dan tokoh-tokoh ternama yang berada di negeri Indonesia, dari kota mau kabupaten.
“Yang hadir pertama dari wakil pemerintah Menteri Perhubungan Budi Karya. Kita undang Pak Anies Baswedan, Kapolda dan Pangdam. Selain itu juga ketua DPD RI Oesman Sapta Odang. Juga tokoh-tokoh Kalbar, Gubernur Kalbar dan Wali Kota,” katanya.
Rudi menjelaskan, pluralitas sebagai bangsa, PTK Indonesia ingin membuat acara untuk berbagai kalangan, untuk mempersatukan agama, suku dan ras, berbeda-beda tapi satu tujuan, untuk Indonesia.
“Suku Tianghoa tidak hanya Budha, Kristen, Muslim juga ada. Kita ingin keberagaman jadi seperti itu. Dari salah satu ketua pembina kita juga Islam tidak ada perbedaan,” pungkasnya. (i.s)
Komentar